Jumat, 13 Januari 2012

Hubungan Pendidikan dengan Peradaban Suatu Bangsa

Hubungan Pendidikan dengan Peradaban Suatu Bangsa
Pendidikan suatu bangsa itu selalu linier dengan peradaban bangsa itu sendiri. Bangsa yang memiliki sistem pendidikan baik lah yang akan menghasilkan akademisi yang tangguh dan siap berkompetisi pada zamannya. Out put pendidikan yang kompitebel sejalan alias berbanding lurus dengan penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Dengan adanya SDM yang baik juga akan menjadikan peradaban bangsa itu maju dan diperhitungkan oleh dunia. Permasalahan pendidikan di Indonesia nampaknya masih dipandang sebelah mata. Terbukti, prioritas pendidikan hanyalah sebatas wacana yang aplikasinya jauh dari apa yang telah dirumuskan. Janji pemerintah yang akan mengulirkan anggaran pendidikan sebesar 20% dari jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terkesan membesar-besarkan. Bukti di lapangan menunjukkan bahwa objek dari anggaran itu belum mengenai sasaran yang tepat dan masih terlalu bias. Aspek mana dari pendidikan itu yang akan dibiayai dan sektor mana yang seharusnya tidak perlu diberi kucuran dana belum dijelaskan secara rinci dalam Undang-undang yang ada.
Melihat kondisi yang ada, selayaknya bangsa ini sadar bahwa penyebab keterpurukan bangsa di mata dunia adalah ketidakmampuan Indonesia dalam menciptakan iklim pendidikan yang baik, kondusif dan relevan untuk seluruh rakyat Indonesia. Bangsa ini belum mampu memosisikan pendidikan sebagai sesuatu yang paling urgen (sakral) yang berpengaruh terhadap kemajuan dan peradaban bangsa ke depan. Sehingga wajar jika kemudian banyak anak bangsa yang belum bisa mengenyam pendidikan dasar sekalipun, masih begitu sulit bagi rakyat kecil untuk menikmati pendidikan layaknya kaum berada lagi mampu. Padahal negara sebagaimana termaktub dalam UUD akan menjamin pendidikan anak bangsa. Penghargaan bangsa terhadap ilmu pengetahuan akan mempengaruhi spirit (ruh) bangsa yang bersangkutan untuk menyiapkan sistem pendidikan yang merakyat dan berproyeksi jauh ke depan. Dengan demikian pendidikan tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang formal temporal melainkan wadah untuk menggali investasi demi terwujudnya masa depan bangsa yang cerah yang wajib didapatkan oleh setiap warga negara. Hal ini karena pendidikan adalah modal utama yang tiada pernah sirna dan lekang dimakan waktu, ilmu pengetahuan akan tetap terkristal erat dalam jiwa pemiliknya yang akan membentuk keterampilan (skill) dan kepribadiannya. Sehingga efek dari pendidikan itu akan benar-benar berpengaruh terhadap kemajuan dan kejayaan bangsa di masa yang akan datang.
Apabila bangsa sudah bisa memaknai urgensi pendidikan sebagai tonggak penentu peradaban bangsa ke depan maka mulai saat ini harus segera diformulasikan sebuah sistem yang mengacu pada integritas pendidikan itu sendiri. Pendidikan bukanlah sesuatu yang parsial melainkan kesatuan yang holistik yang semestinya diberikan kepada para pemuda, anak bangsa secara berkelanjutan. Hal ini dilakukan agar kualitas pendidikan bangsa semakin hari semakin meningkat baik dan tentu akan terus memperbesar investasi bangsa untuk menciptakan bangsa yang berperadaban dan berdaya saing tinggi di mata dunia. Semakin baik kondisi pendidikan Indonesia maka semakin tinggi pula probabilitas bangsa tercinta ini untuk memperoleh kejayaan di masa mendatang tentunya.
Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan kesempatan menerima arus informasi yang padat dan cepat, dan sebagainya, tentulah memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi segala permasalahan serta siap menyesuaikan diri dengan situasi baru tersebut. Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang. Manusia masa depan yang harus dihasilkan oleh pendidikan antara lain manusia yang melek teknologi dan melek pikir yang keseluruhannya disebut melek kebudayaan, yang mampu “think globally but act locally”, dan sebagainya. Pembangunan manusia masa depan seutuhnya mempersyaratkan upaya pembaruan pendidikan.
Penggarapan pembaruan pendidikan tersebut harus menyeluruh, mulai pada lapis sistem/nasional, lapis institusional, sampai pada lapis individual (Charters dan Jones, 1973), dari, Raka Joni, 1983:24). Pada lapis sistem, secara nasional telah ditetapkan serangkaian kebijakan yang dituangkan ke dalam sejumlah perundang-undangan, utamanya UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas beserta serangkaian peraturan pelaksanaannya. Penggarapan pada lapis institusional berkaitan dengan aspek kelembagaan seperti kurikulum, struktur dan mekanisme pengelolaan, sarana prasarana, dan lain-lain. Pada lapis individual, penggarapan upaya pembaruan terkait dengan semua personal yang terlibat dalam pendidikan, utamanya guru dan siswa, meliputi baik pengetahuan dan keterampilan maupun wawasan serta sikapnya. Keberhasilan pengembangan pendidikan tersebut tergantung pada keserasian penggarapan ketiga lapisan itu, tidak cukup hanya pada tingkat pengambilan keputusan tetapi harus secara serentak dengan penyiapan kelembagaan ketenagaan.
Keberhasilan antisipasi terhadap masa depan pada akhirnya ditentukan oleh kualitas manusia yang dihasilkan oleh pendidikan. Pendidikan juga diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain (sebagai proses transformasi budaya). Seperti bayi lahir sudah berada di dalam suatu lingkungan budaya tertentu. Di dalam lingkungan masyarakat di mana seorang bayi dilahirkan telah terdapat kebiasaan-kebiasaan tertentu, larangan-larangan dan anjuran, dan ajakan tertentu seperti yang dikehendaki oleh masyarakat. Hal-hal tersebut mengenai banyak hal seperti bahasa, cara menerima tamu, makanan, istirahat, bekerja, perkawinan, borcocok tanam, dan seterusnya.
Di sini tampak bahwa proses pewarisan budaya tidak semata-mata mengekalkan budaya secara estafet. Pendidikan justru mempunyai tugas menyiapkan peserta didik untuk hari esok. Dengan menyadari bahwa sistem pendidikan itu merupakan subsistem dari sistem pembangunan nasional maka misi pendidikan sebagai transformasi budaya harus sinkron dengan beberapa pernyataan GBHN yang memberikan tekanan pada upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar